Minggu, 25 Desember 2011

PENYAKI PADA TANAMAN YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI DAN VIRUS


PENYAKI PADA TANAMAN
 YANG DISEBABKAN OLEH
BAKTERI DAN VIRUS





 








SUAEMANSYAH
0907105026



FAKULTAS PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS UDAYANA
2010


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia, khususnya penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper  ini.
Paper ini disusun untuk melengkapi Tugas Mata Agrostologi, dimana paper ini juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai Penyakit Pada Tanaman Yang Disebabkkan Oleh Bakteri dan Virus.

Disamping itu penulis juga menyadari, keberadaanya sebagai manusia biasa yang tak pernah lepas dari segala kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan dan penulisan paper ini sehingga masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya masukan-masukan yang bersifat konstruktif dan obyektif, guna membangun kemajuan penulis di masa yang akan datang.
      Akhir kata semoga dengan tersusunnya paper ini dapat bermanfaat dan dapat menambah     ilmu pengetahuan bagi khalayak umum, khususnya penulis sendiri dan teman-teman mahasiswa lainnya.

                                                                                        Denpasar,   Juni  2010  

                                                                              Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit pada tumbuhan adalah salah satu faktor pembatas dalam usaha menaikkan produksi tanaman karena adanya serangan hama. Kerugian yang disebabkan oleh serangan hama di dunia diperkirakan 13% dan produksi total. Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 10 ribu juta dolar digunakan untuk mengatasi persoalan hama (Gatehouse et a/., 1994). Di Indonesia, pada tahun 1976-1977 lebih dari 450.000 ha sawah yang ditanami padi diserang oleh hama wereng coklat dan kerugian yang disebabkan oleh hama tersebut mencapai 100 juta dolar (Oka dan Bahagiawati, 1982). Hama yang menyerang suatu jenis tanaman adalah suatu kompleks hama. Misalnya tanaman padi sering didatangi oleh hama, tidak hanya wereng coklat tetapi hama Iain seperti penggerek batang, ulat pemakan daun, wereng punggung putih dan hijau, aphid, dan lain sebagainya. Tanaman kapas juga mempunyai kompleks hama yang berbeda dengan tanaman padi. Hama-hama kapas adalah penggerek daun, penggerek batang, penggerek buah, dan Iain sebagainya. Demikian pula dengan jagung, kedelai, dan tanaman lain yang juga mempunyai beberapa hama utama dan hama minornya.
Teknologi yang sampai saat ini sering dipakai untuk pengendalian hama adalah pemakaian insektisida. Teknologi ini merupakan teknologi yang populer karena efeknya dapat dilihat dalam waktu tidak lama setelah aplikasi dan mudah diperoleh bila diperlukan. Namun teknologi ini relatif mahal terutama bagi petani di negara yang sedang berkembang. Di samping itu, teknologi insektisida berbahaya bagi manusia, hewan, dan spesies bukan sasaran serta lingkungan jika dilakukan tidak sesuai dengan prosedur. Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dapat menimbulkan persoalan:  hama resisten, petani keracunan pestisida,  residu pestisida pada hasil pertanian,  pengrusakan pada agen pengendali hayati dan serangga polinator, polusi pada air tanah, dan menurunkan biodiversitas serta mempunyai pengaruh negatif pada hewan bukan target termasuk mamalia, burung, dan ikan.
Teknologi lain yang dapat dipakai untuk pengendalian hama adalah pemakaian varietas tahan. Di Indonesia, varietas tahan yang telah digunakan untuk pengendalian hama wereng coklat adalah varietas unggul tahan wereng (VUTW). Namun demikian, tidak semua hama mempunyai varietas tahan dan jika ada sumber plasma nutfah yang mengandung gen tahan terhadap hama tertentu jumlahnya sangat terbatas. Misalnya pada tanaman padi, hanya gen tahan wereng coklat dan wereng hijau yang telah diidentifikasi dan dapat digunakan dalam proses perbaikan tanaman untuk tahan hama, sedangkan hama lainnya seperti penggerek batang dan hama pemakan daun, sampai saat ini belum ditemukan gen tahan yang dapat dipakai dalam proses pemuliaan. Demikian juga dengan tanaman lain seperti jagung, kapas, dan kedelai.
Pengendalian dengan pestisida maupun varietas tahan (tradisional maupun transgenik) mengalami permasalahan, yaitu resistensi serangga hama terhadap bahan aktif baik di pestisida maupun dalam tanaman. Resistensi adalah suatu proses di rnana populasi hama terseleksi dan setelah beradaptasi, dapat hidup dan berkembang biak jika dihadapkan pada suatu jenis pestisida atau tanaman tahan di mana terjadinya proses seleksi dan adaptasi tersebut. Untuk mengendalikan populasi hama tanaman yang telah resisten terhadap pestisida maupun varietas tahan, selain sulit, juga memerlukan biaya yang besar. Resistensi hama mempunyai basis genetik, lingkungan, dan faktor ekologi yang mempengaruhi perkembangan resistensi tersebut. Resistensi ini seyogyanya dapat dikendalikan dengan manajemen resistensi yang sesuai.

RUMUSAN MASALAH
Penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh bakteri dan virus


TUJUAN
Dapat mengetahui peyakit pada tanaman yang disebabkan oleh bakteri dan virus


BAB II
PEMBAHASAN
MACAM-MACAM PENYAKIT TANAMAN
Secara umum penyakit tumbuhan dapat dapat diklasifikasikan atau dikelompokan sebagai berikut :
I. Penyakit tumbuhan yang bersoifat infeksi atau (parasit)
1. Penyakit yang disebabkan oleh jamur
2. Penyakit yang disebabkan o
leh prokariota (bakteri dan mikoplasma)
3. Penyakit yang disebabkan oleh tumbuhan tinggi parasit
4. Penyakit yang disebabkan oleh virus dan viroid
5. Penyakit yang disebabkan oleh nematoda
6. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa
            II. Penyakit non-infektif, atau abiotik (fisiopath) adalah penyakit
yang disebabkan oleh:
1. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
2. Kekurangan atau kelebihan kelembaban tanah
3. Kekurangan atau kelebihan cahaya
4. Kekurangan oksigen
5. Polusi udara
6. Difesiensi hara
7. Keracunan hara
8. Kemasaman atau salinitas
9. Toksisitas pestisida
10. Kultur teknis yang salah
Penyakit Tanaman Yang Disebabkan Olah Bakteri
Penyakit pada tanaman khususnya aglaonema disebabkan oleh 2 pantagon, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkanpenyakit umumnya lebih banyak dibanding bakteri. Bagian tanaman yang terkena bakteri biasanya mengeluarkan bau tidak sedap.


  1. Busuk Akar
Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat kehitaman. Busuk akar disebabkan karena media yang terlalu lembab sehingga mengakibatkan cendawan cepat berkembang. Tanggulangi busuk akar dengan mengganti media baru yang lebih yang lebih porous, lalu potong bagian akar yang busuk dan oleskan fungisida pada bekas potongan. Bisa juga dengan menyemprotkan fungisida Previcur N dosis 1 ml/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.
  1. Layu Fusarium
Gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna mejadi coklat keabuan lalu tangkainya membusuk. Penyebabnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam jadi ber-pH rendah. Kondisi tersebut membuat cendawan Fusarium oxyporium leluasa berkembang. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti media tanam. Dapat juga dengan menyiramkan fungisida Derosol 500 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan Fungisida Derosol 5 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan fungisida Folikur 25 WP 1-2 g/l atau Folicur 250 EC 1-2 ml/l atau Delsane MX 200 dosis 1 g/l. Penyakit ini juga dapat dicegah dengan menyiramkan Folidur 250 EC dengan konsentrasi 2 ml/l setiap 2 minggu sekali.
  1. Layu bakteri
Dari namanya tentu dapat diketahui bahwa penyakit tanaman ini disebabkan oleh bakteri. Layu bakteri ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau tidak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus terus dijaga agak tidak terlalu basah dan lingkungan sekitar tidak terlalu lembab. Atasi layu fusarium dengan menyemprotkan bakterisida Agrept dosis 1-2ml/l atau Starner dosis 1 g/l setiap 2 minggu sekali.

  1. Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Sesuai namanya, penyakit ini ditandai adanya bercak pada daun yang lama kelamaan akan membusuk. Bercak pada daun yang lama kelamaan akan membusuk. Bercak daun ini dapat diatasi dengan langsung memotong daun yang busuk. Dapat juga dengan menyemprotkan fungisida Folicur 25 WP dosis 1-2 g/l atau Folicur 250 EC dosis 1-2ml/l. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan Score dosis 1 cc/l. Frekuensi penyemprotannya 2 minggu sekali. Pupuk berkadar kalsium tinggi juga dapat membantu mengatasi penyakit ini.

Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus
Tanaman yang terserang virus menunjukkan adanya perubahan bentuk atau morfologi tanaman dan nekrosis (kerusakan jaringan). Keadaan fisiologis tanaman juga terganggu seperti berkurangnya kegiatan fotosintesa, kecepatan respirasi bertambah, terjadinya akumulasi senyawa nitrogen seperti senyawa amida, dan penurunan akti-vitas zat pengatur pertumbuhan dan sebagainya.
Gejala luar/eksternal
 Gejala penyakit yang tampak dapat terjadi pada daun, batang, bunga, buah, biji, akar dengan berbagai tipe gejala penyakit tergantung dari macam virus yang menyerang dan tanaman inangnya. Gejala penyakit yang umum dari infeksi virus ialah terhambatnya pertumbuhan yang mengakibatkan menurunnya hasil dan tanaman lebih cepat mati. Gejala penyakit yang ditimbulkannya dapat sangat berat atau sangat ringan sekali sehingga tidak tampak jelas. Gejala yang paling jelas biasanya terdapat pada daun seperti timbulnya mozaik. Tetapi ada sejumlah virus yang dapat menimbulkan gejala penyakit pada batang, buah, akar dan sebagainya tapi tidak terlihat pada daun. Kebanyakan penyakit virus tanaman bersifat sistematik dan virus yang penyebab sendiri terdapat diseluruh bagian tanaman. Gejala yang ditimbulkannya disebut gejala sistematik. Tapi untuk virus tertentu dan pada tanaman tertentu, gejala serangnya bersifat lokal dengan timbulnya gejala nekrosa ditempat terjadinya infeksi oleh virus. Gejala semacam ini disebut gejala lokal.
Gejala internal/dalam
Selain gejala yang tampak dari luar, serangan virus juga dapat menimbulkan gejala internal. Gejala internal yang ditimbulkan oleh berbagai virus akan berbeda tergantung dari penyebaran virus tersebut dalam tanaman, virus dari kelompok mosaik tidak terbatas pada jaringan tanaman tertentu tapi tersebar dalam tubuh tanaman. Pada penyakit tersebut bagian yang berwarna hijau berkembang dengan cepat sedangkan bagian yang berwarna kuning tertahan pertumbuhannya. Dengan terjadinya pertumbuhan yang tidak merata, permukaan daun bergelombang atau menggulung.

Penularan
Untuk menimbulkan penyakit pada tanaman, maka virus harus ada yang menularkan.
Melalui akar
Banyak macam tanaman diperbanyak secara vegetatif. Dengan demikian tanaman induk yang sudah kena penyakit virus dapat menularkannya ke bahan tanaman untuk keperluan bibit. Hal yang sama terjadi pula dengan cara penempelan dan penyambungan. Selain itu banyak diberitakan pula, bahwa virus dapat bertahan dalam biji sehingga virus tersebut menginfeksi tanaman baru yang berasal dari biji tersebut.
 Gulma dan tanaman berbiji yang parasitik.
Tanaman gulma merupakan tumbuhan inang bagi banyak virus tanaman sehingga gulma menjadi sumber inokulum untuk pertanaman dimusim berikutnya
Serangga
Banyak virus tanaman ditularkan oleh serangga yang mengambil zat makanan pada tanaman yang sama. Tidak sedikit penyakit virus yang hanya diantaranya yang tidak dapat ditularkan oleh serangga. Di antara serangga tersebut maka serangga yang menusuk dan menghisap memegang peranan penting dalam penularan virus tanaman, seperti Thrips, Aphids, Mite dll.










BAB III
KESIAMPULN

Penyakit Tanaman Yang Disebabkan Olah Bakteri
1.       Busuk Akar
2.       Layu Fusarium
3.       Bercak Daun
4.       Layu bakteri
Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus
                  Tanaman yang terserang virus menunjukkan adanya perubahan bentuk atau morfologi tanaman dan nekrosis (kerusakan jaringan). Keadaan fisiologis tanaman juga terganggu seperti berkurangnya kegiatan fotosintesa, kecepatan respirasi bertambah, terjadinya akumulasi senyawa nitrogen seperti senyawa amida, dan penurunan akti-vitas zat pengatur pertumbuhan dan sebagainya.


Sabtu, 12 November 2011

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AIR SUSU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI AIR SUSU



 









SUAEMANSYAH
0907105026




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA



PENDAHULUAN

Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia.
Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif, susu membantu pertumbuhan mereka Sementara itu, untuk orang lanjut usia, susu membantu menopang tulang agar tidak keropos. Susu mengandung banyak vitamin dan protein. Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan minum susu. Sekarang banyak susu yang dikemas dalam bentuk yang unik. Tujuan dari ini agar orang tertarik untuk membeli dan minum susu. Ada juga susu yang berbentuk fermentasi.

Syarat susu yang baik
Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun, apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman.
Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak dan pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi cahaya dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam susu. Lemak dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan apabila kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.
Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya kandungan gula laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu sendiri mudah sekali berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan ternak penghasil susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, bahkan wadah tempat menampung susu yang dihasilkan nantinya. Bau susu umumnya sedap, namun juga sangat mudah berubah bila terkena faktor di atas.
Berat jenis air susu adalah 1,028 kg/L. Penetapan berat jenis susu harus dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah, dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu. Viskositas susu biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2 cP, yang dipengaruhi oleh bahan padat susu, lemak, serta temperatur susu.
Titik beku susu di Indonesia adalah -0,520 °C, sedangkan titik didihnya adalah 100,16 °C. Titik didih dan titik beku ini akan mengalami perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan penambahan air yang terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang berbeda.
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat berada di antara sifat asam dan sifat basa. Secara alami pH susu segar berkisar 6,5–6,7. Bila pH susu lebih rendah dari 6,5, berarti terdapat kolostrum ataupun aktivitas bakteri.




PEMBAHASAN

Variasi produksi susu harian pada dasarnya disebabkan oleh variasi genetik danvariasi nongenetik. Untuk memperbaiki mutu genetik ternak diperlukan usaha memperkecilvariasi nongenetik sehingga variasi produksi susu harian betul betul karena variasigenetiknya. Salah satu jalan untuk memperkecil variasi non-genetik adalah denganmelakukan koreksi terhadap catatan produksi susu dari pengaruh lingkungan. Kecermatanseleksi dapat ditingkatkan melalui penyesuaian atau koreksi terhadap faktorfaktor lingkungan atau yang mempengaruhi produksi susu, terutamanya adalah faktor umur beranak pertama dan umur induk (Sargent dkk.,1967; Gacula dkk., 1968).Bath dkk. (1985) menyatakan, bahwa catatan produksi susu harus dibuat dalam basisbaku bila ingin membandingkan keunggulan individu sapi perah. Umumnya basis baku yangdigunakan adalah catatan produksi susu 305 hari, dua kali pemerahan dan umur setaradewasa.Susu sapi ada lah cairan colostrums berwarna putih, dan disekresi pada kelenjar susumamalia, dalam hal ini adalah sapi yang sehat. Produksi harianya (kuantitas) dipengaruhioleh beberapa faktog fisiologi dan lingkungan.

v  Faktor fisiologi yang mempengaruhi kuantitassusu antara lain (Cole, 1964).
·         Laktasi
Periode sapi memproduksi susu disebut laktasi. Periode ini dimulai dengansetiap ekor sapi sapi melahirkan. Pada awal laktasi, ambing yang dihasilkan sapi disebutcolostrums. Tepatnya lima hari setelah melahirkan, produksi tersebut baru dapat dikatakansusu. Normalnya, produksi susu harian meningkatkan pada empat sampai enam minggusetelah kelahiran, kemudian menurun secara perlahan sampai sapi mengalami masa kering.
·         Usia
Seiring berjalanya waktu, produksi susu sapi terus meningkat, hingga mencapaipuncaknya pada usia matang (6 sampai 8 tahun). Setelah usia ini, produksi mulai menurun.Namun, proses penurunan ini tidak secepat proses peningkatan produksi susu.
·         Keturunan
Terdapat mekanisme fisiologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitassusu, yang disebut juga factor genetik.

v  Sementara faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi susu harian adalah:

·         Periode kering
Waktu jeda antara laktasi mempengaruhi produksi pada saat laktasiberikutnya. Periode kering yang singkat membuat sapi tidak berkesempatan membanguncadangan tubuh untuk menghadapi pemerahan pada laktasi berikutnya. Sebaliknya, periodekering yang panjang akan mempersingkat durasi produksi. Periode kering yang optimaladalah 60 hari.

·         Suhu
Sapi mengalami tingkat efisiensi produksi pada suhu sekita 50 derajat F. Saatsuhu mencapai 80 derajat F, rata-rata sapi mengalami penurunan produksi, yangberimplikasi pada meningkatnya kadar lemak pada susu sapi.

·         Pakan
Pada awal laktasi, sapi membutuhkan pakan yang cukup untuk pertumbuhan,sekaligus untuk produksi susunya. Pada laktasi berikutnya, pakan lebih banyak lagi diperlukan baik untuk produksi susu, maupun ketahanan tubuh.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Selama Masa Laktasi

Selama masa laktasi berlangsung, baik produksi susu masa laktasi pertama dan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain oleh factor genetis, makanan, tata laksana yang satu sama lain saling mempengaruhi dan menunjang.

·         Faktor Genetis
Faktor genetis ini bersifat individual, yang diturunkan dari induk dan bapak kepada keturunannya. Faktor genetis ini bersifat baka, artinya sifat-sifat baik dan buruk dari tetua akan diwariskan kepada keturunan berikutnya dengan sifat-sifat yang sama seperti sifat-sifat yang dimiliki tetua.
Faktor genetis ini akan menentukan jumlah produksi dan mutu air susu selama laktasi dengan komposisi zat-zat makanan tertentu sesuai dengan yang dimiliki oleh kedua induknya. Jika produksi susu induk dan pejantan jelek maka dengan tata laksana dan makanan yang serba baguspun tidak akan dapat memperbaiki produksi yang jelek dari warisan kedua induknya.
·         Faktor Makanan
Sapi-sapi yang secara genetis baik akan memberikan produksi susu yang baik pula. Akan tetapi, jika makanan yang diberikan tidak memadai, baik dari segi jumlah maupun mutu, maka unutk memenuhi kebuthan pokok hidup dan berproduksi akan dicukupi dengan mengorbankan persediaan zat-zat makanan yang ada di dalam tubuh dengan cara memobilisasikan zat-zat makanan yang tersimpan di dalam jaringan tubuh mereka.
Jika sapi yang bersangkutan kehabisan zat-zat makanan yang harus dimobilisasikan, mka produksi susu akan menurun yang akhirnya akan membatasi pula sekresi air susu.
·         Faktor Tatalaksana
Tatalaksana yangt baik dan sempurna merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesuksesan usaha ternak sapi perah. Mengandalkan factor genetis saja tidaklah menjamin keberhasilan produksi. Sebab factor genetis yang baik bukan jaminan terhadap jumlah produksi. Faktor genetis yang baik harus didukung dengan tatalaksan yang baik dan teratur. Tatalaksana pada masa laktasi yang perlu diperhatikan antra lain rangsangan pemerahan, pengaturan kering kandang,pencegahan penyakit, frekuensi pemerahan, pengaturan kelahiran dan perkawinan (service periode dan calving interval).

KANDANG LITER


KANDANG LITTER





SUAEMANSYAH
0907105026

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2011

Kandang Litter

Ciri khas dari kandang sistem litter dapat dilihat pada bagian lantai. Litter merupakan alas atau lantai kandang yang terbuat dari bahan-bahan seperti sekam (kulit) padi, serbuk gergajian, tongkol jagung yang dipecah-pecah, serta jerami dan ampas tebu yang dipotong-potong. Bahan-bahan diatas dapat menyerap air dengan baik, sehingga lantai kandang tidak mudah becek. Pemeliharaan ayam dengan sistem litter tidak memerlukan halaman pengumbaran yang terpisah dari kandang sebagaimana yang dijumpaidalam sistem ren. Segala aktivitas sehari-hari seperti makan, minum dan sebgainya dilakukan didalam kandang.

Untuk membat kandang dengan lantai seperti itu, peternak harus mengeringkan bahan-bahan penyusun terlebih dahulu. Jerami atau sekam padi dihamparkan diatas tikar dan dijemur dibawah terik matahari untuk beberapa saat lamanya. Litter tidak boleh dimasukkan kedalam kandang dalam keadaan basah atau lembab, karena suasana seperti itu dapat mengundang kuman-kuman penyakit. Dengan pengeringan, maka kuman-kuman penyakit akan terbasmi dan hama berupa binatang-binatang kecil yang kemungkinan besar banyak terselip disela-sela bahan penyususn tersebut dapat di singkirkan. Bahan penyusun setelah benar-benar kering dapat ditaburkan secara merata ke seluruh bagian bawah kandang. Apabila sudah mencapai ketinggian sekitar 15 cm, bagian permukaan dari litter tersebut diratakan.


·         KEUTUNGAN

Keuntungan yang diperoleh dari sistem ini ialah pemeliharaan ayam jauh lebih praktis sehingga lebih dapat menghemat tenaga. Kotoran dibersihkan setiap dua bulan atau tiga bulan sekalai bersamaan dengan pergantian litter. Selain itu, bahan-bahan litter mengandung banyak vitamin B12 yang baik untuk pertumbuhan, karena jerami, sekam padi dan bahan sejenisnya mempunyai kemampuan menahan panas sehingga suhu kandang pun menjadi lebih hangat. Biaya pembuatan kandang relatif murah dan menghemat banyak tempat karena tidak membutuhkan halaman pengumbaran.

Kandang litter juga memiliki kelebihan yaitu: pertama dapat memberikan hasil yang memuaskan, baik kuantitas (bobot badan) maupun kualitas daging, kedua dapat menghindarkan ternak ayam menderita lepuh dada atau pembengkakan tulang dada (Breast Blister).


·         KERUGIAN


Meskipun demikian, penyebaran penyakit dalam model kandang seperti ini lebih cepat karena kontak langsung antara ayam yang sehat dan yang sakit sangat mudah terjadi apalagi kalau litter tidak pernah dibersihkan dan lembab. Litter yang lembab atau basah akan menjadi busuk sehingga menjadi tempat yang sangat baik bagi organisme penyebab penyakit dan parasit. Oleh sebab itu, peternak perlu menjaga supaya litter selalu dalam kondisi kering dan tidak lembab.